Senin, 07 April 2014

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR DI RUANG BEDAH RS. BINA SEHAT JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN 
FRAKTUR FEMUR
DI RUANG BEDAH RS. BINA SEHAT JEMBER

 
1. DEFINISI
rusaknya kontinuitas pangkal paha yang dapat yang dapat di sebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

II. etiologi
 a. trauma
 b. gerakan pintir mendadak
 c. kontraksi otot ekstrem 
 d. keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma.

III. tanda dan gejala
a. nyeri hebat
b.  tak mampu menggerakkan ekstermitas bawah
c. rotasi luar dari kaki lebih pendek
d. deformitas karena pergeseran fragmen tulang yang patah
e. krepitasi akibat gesekan fragmen satu dengan lainnya.
f. pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

IV. klasifikasi fraktur
1. fraktur intrakapsuler
 . terjadi di dalam tulang sendi panggul, kapsula
 . melalui kepala femur
 . hanya di bawah kepala femur
 . melalui leher dari femur
2. fraktur ekstrakapsuler
 . terjadi di luar sendi
 . terjadi di bagian distal menuju leher femur.

VI. pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan foto radiologi dari fraktur
b. pemeriksaan darah lengkap
c. arterografi : di lakukan bila kerusakan vaskuler di curigai.
d. kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk  klien ginjal.

VII. penatalaksanaan
a. reduksi fraktur terbuka/tertutup : mengembalikan fragmen tulang yang patah untuk kembali seperti letak semula.
b. imobilisasi fraktur : dapat di lakukan dengan fiksasi interna/eksterna.
c. mempertahankan dan mengembalikan fungsi
 . reduksi dan imobilisasi harus harus di pertahankan sesuai kebutuhan
 . pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri
 . pantau status neurovaskuler(nyeri, perabaan gerakan).
 . latihan isometri dan setting otot untuk meminimalkan atropi.

VIII. komplikasi
a. malunion : tulang patah telah sembuh tetap posisi tidak seharusnya
b. delayed union : proses penyembuhan yang lama
c. non union : tulang yang tidak menyambung kembali

IX. diagnosa
a. gangguan mobilitas fisik b/d cedera jaringan akibat fraktur
b. nyeri b/d pergeseran fragmen tulang
c. kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka
d. gangguan perfusi jaringan b/d rusaknya kontinuitas jaringan

X. intervensi 
1. gangguan mobilitas fisik b/d cedera jaringan akibat fraktur
   tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 2x24 jam di harapkan gangguan mobilitas fisik berkurang
   kriteria hasil : meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi
                        mempertahankan posisi fungsional
                        menunjukkan teknik mampu melakukan aktifitas
  intervensi :
1. pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan 
 rasional: mempercepat proses penyembuhan, mencegah pergeseran tulang.
2. tinggikan ekstermitas yang sakit
 rasional: melancarkan aliran darah
3. ubah posisi secara periodik
  rasional: memberi rasa nyaman, mencegah terjadinya ulkus.
4. bantu klien dalam latihan rentang gerak pada yang sakit dan tidak
  rasional: mencegah kontraktur/atropi, memperthankan mobilitas sendi
5. beri penyangga pada ekstermitas yang fraktur ketika bergerak
  rasional: mencegah pergeseran fragmen tulang dan penekanan pada jaringan.
6. kolaborasi fisioterapi
  rasional: mempercepat penyembuhan 

2. nyeri b/d pergeseran fragmen tulang
  tujuan :  setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam di harapkan nyeri berkurang.
  kriteria hasil: klien menyatakan nyeri berkurang( skala 0-3)
                      klien tampak rileks
                      tekanan darah normal : 120/80 mmHg
                      tidak ada peningkatan NADI dan RR (N= 60-80 x/menit) ( RR= 16-24 x/menit)
  intervensi :
1. kaji tingkat nyeri
  rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri dan jenis tindakannya
2. mempertahankan immobilitas fisik
  rasional : mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan luka
3. beri sokongan pada ekstermitas yang luka
  rasional : peningkatan vena return, menurunkan odem dan nyeri
4. observasi tanda-tanda vital
  rasional : nadi meningkat menandakan nyeri di rasakan.
5. kolaborasi pemberian analgesik dan tindakan operatif
  rasional : analgesik menurunkan nyeri

3. kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka
  tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan kerusakan integritas kulit   dapat di atasi.
  kriteria hasil : penyembuhan luka sesuai waktu
                       tidak ada laserasi, integritas kulit baik.
intervensi :
1. kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap infeksi
  rasional : untuk mengetahui tanda tanda infeksi
2. pemeriksaan darah : leukosit
  rasional : leukosit meningkat menandakan terjadinya infeksi
3. pemberian obat obatan antibiotik sesuai indikasi
  rasional : mencegah kelanjutan terjadinya infeksi dan pencegahan tetanus. 
4. anjurkan klien untuk tidak memegang bagian luka
  rasional : meminimalkan terjadinya kontaminasi


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda jual.2001. buku saku diagnosa keperawata. jakarta , EGC.
Doengoes. Marlyn E. 2005. rencana asuhan keperawatan. jakarta , EGC

Kamis, 27 Maret 2014

laporan pendahuluan hipotermi.


               BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang     
Suhu normal pada neonatus berkisar antara 360C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki  dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C). Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.

1.2  Rumusan masalah
1.      Apakah definisi dari hipotermi?
2.      Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menyebabkan terjadinya hipotermi?
3.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipotermi?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dari hipotermi.
2.      Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya hipotermi.
3.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan hipotermi.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Definisi
Hipotermia adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus menerus di bawah 35,500C per rektal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor eksternal (Lynda Jual,26).
Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi dan neonatus adalah 36,5°C-37°C (suhu axila) Adapun gejala hipotermi, apabila suhu <36°C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36°C).disebut hipotermia berat bila suhu <32°C

B.  Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:

a)        Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2oC sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik- baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.

b)        Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6--12 jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya ialah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.

c)        Hipoterroia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapattranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar 32oC, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.

d)       Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu berkisar antara 29,5-35pC, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dan kortikosteroid.

C.  Etiologi
Penyebab Utama
Kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin. Resiko untuk terjadinya hipotermia.
a)    Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
b)   Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir.
c)    Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
d)   Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
e)    Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.



D.  Faktor Pencetus
Faktor pencetus terjadinya hipotermia :
a)    Factor lingkungan.
Hiportermia dapat terjadi dengan agak cepat pada neonates, khusunnya mereka yang dilahirkan dalam ruangan ber-AC atau mereka yang terpapar dengan suhu ruangan sebelum cairan ketuban mongering. Bayi Imature atau sakit harus dipertahankan pada suatu lingkungan termonetral, suatu factor kritis untuk kehidupannya. Bayi yang lebih besar, anak – anak , dan dewasa semuanya dapat menjadi hipotermia jika terpapar factor angin sejuk suhu rendah atau rendaman dengan kehilangan panas yang cepat.
b)   Syok.
Suhu tubuh dapat menurun drastis selama keadaan syok.
c)    Infeksi
Hipotermia lebih mungkin terjadi pada bayi dibandingkan anak-anak yang lebih tua.
d)   Gangguan endokrin metabolic.
Suhu tubuh subnormal atau gangguan pengaturan suhu kadang- kadang terjadi pada gangguan ini contohnya aciduria pada kelainan bawaan ini mengalami hipotermia sebagai bagian keadaan metaboliknya yang sedikit.

e)    Kurang gizi, energi protein( KKP) .
Pada anak –anak dengan kwashiorkor, suhu tubuh dapat menurun dibawah 35°C walaupun suhu lingkungan yang tinggi.Resiko ini tertinggi selama minggu pertama perawatan di rumah sakit.

f)    Obat-obatan.
Sedasi berat akibat obat- obataan dapat menimbulkan suhu tubuh sub normal seperti alcohol, narkotik, barbiturate, fenotiazin, atropine, over dosis asetaminofen.
E.  Tanda dan gejala hipotermia bayi baru lahir
Gejala hipotermia bayi baru lahir
a)    Bayi tidak mau minum/ menetek.
b)   Bayi tampak lesu atau mengantuk.
c)    Tubuh bayi teraba dingin.
d)   Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema)
Tanda- tanda hipotermiasedang :
a)    Aktifitas berkurang, letargis.
b)   Tangisan lemah.
c)    Kulit berwarna tidak rata.
d)   Kemampuan menghisap lemah.
e)    Kaki teraba dingin.
f)    Jika hipotermia berlanjut akan timbulcidera dingin
Tanda- tanda hipotermia berat.
a)    Aktifitas berkurang, letargis,
b)   Bibir dan kuku kebiruan.
c)    Pernafasan lambat.
d)   Bunyi jantung lambat.
e)    Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolic.
f)    Resiko untuk kematian bayi

Tanda - tanda stadium lanjut hipotermia
a)    Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
b)   Bagian tubuh lainnya pucat
c)    Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan.
 
A.  Penatalaksanaan Hipotermia.
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubaator dan Infant warm yang gunakan sesuai ketentuan. Adapun  prosedur  pemakaian  Inkubator  adalah :
sebagai berikut.
1. Sebelum bayi dimasukan kedalam inkubator, bersihkan bayi dengan handuk dan pakaikan kain pakaian bayi.
2. Hidupkan  pemanas  inkubator  bayi  dan  biarkan  sekitar 3  menit  untuk  memastikan  bahwa  suhu  didalamnya sesuai.
3. Masukan bayi ke dalam inkubator. 
4. Jalankan  software  pada  PC  client  kemudian  masukan identitas bayi seperti nama, nama Ibu, Jam/Tgl lahir.
5. 2-3  jam  sekali  ada  peringatan  untuk  memberi  susu bayi.  Jika  peringatan  ini  muncul,  maka  perawat  akan langsung menuju inkubator dan memberi susu.
6. Jika  bayi  menangis  maka  akan  ada  warning  pada  PC client  lalu  perawat  akan  menghampiri  inkubator kemudian  memeriksanya  apakah  lapar,  BAB, mengompol, atau tidak nyaman.
7. Setelah  diketahui  penyebabnya,  perawat  kemudian memencet  tombol  opsi  untuk  feedback  ke  PC clientnya. Sehingga kegiatan ini pun terekam.
8. Pada  PC  server,  dokter/pihak  manajemen  hanya mengontrol  data  rekaman  dari  semua  aktifitas  bayi dalam  1  hari  kemudian  dibandingkan  dengan  data eferensi  perawatan  bayi  normal.  Sehingga  hasil akhirnya  bayi  tersebut  dapat  dikategorikan  bayi  sehat atau tidak.

1.    HipotermiaSedang
1)        Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,bersih, dapat hangat
2)        Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi beradadalam satu selimut atau kain hangat yang disertrika terlebih dahulu.Bila selimut atau kain mulai mendingin,segera ganti dengan selimut/ kain yang hangat.
3)        Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut /kain yang hangat.
Mencegah bayi kehilangan panasdengancara :
2.    Memberi tutup kepala/ topi bayi.
1.    Mengganti kain/ popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat.
2.    Hipotermi Berat
1)        Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,b ersih, dan hangat
2)        Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan bayiberada dalamsatuselimut atau kain hangat.
3)        Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau lainnya hangat ulangisampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi .
Mencegah bayi kehilangan panasde nga ncara :
1.    Memberi tutup kepala/ topi kepala.
2.    Mengganti kain/ pakaian/ popok yang basah dengan yang kering atau hangat
4)        Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini mungkindapat lebih sering selama bayi menginginkan.Bila terlalu lemah hingga tidak dapat atau tidak kuat menghisap ASI. BeriASIdengan menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri infus dextrose 10% sebanyak 60 ±80 ml/kg/liter.
5)        Segera rujuk di RS terdekat.
 
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian.
Pemeriksaan Fisik.
1)      Daya tahan tubuh rendah.
2)      Bentuk tubuh.
3)      Fungsi organ tubuh.
A.    Pengaturan Suhu Tubuh belum stabil
a.       Hipotermi : karena lemak sub kutan tipis, permuukaan tubuh luas, produksi panas berkurang.
b.      Hipertermi : mekanisme produksi keringat belum stabil (jika terjadi karena adanya infeksi).
B.     System pencernaan.
C.     System pernafasan.
D.    System Hematopoetik.
E.     Ginjal.
F.      System saraf pusat.
4)      Tanda – Tanda fisik premature dan neurologis : Dubowitz Score.

B.     Masalah Keperawatan
1.      Hipotermi
2.      Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan
4.      Resti kejang
5.      Kurang pengetahuan (ibu)

C.    Diagnosa Keperawatan.
1)      Hipotermi b.d terbatasnya regulasi kompensasi metabolik sekunder akibat usia
2)      Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah sekunder akibat hipotermi
3)      Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat cidera termal
4)      Resti kejang b.d kekurangan cadangan glikogen
5)      Kurang pengetahuan (ibu) b.d kondisi bayi baru lahir dan cara mempertahankan suhu tubuh bayi


D.    Intervensi
Diagnosa
1.  Hipotermi b.d terbatasnya regulasi kompensasi metabolik sekunder akibat usia

1)      Kaji factor penunjang
2)      Kurangi atau hilangkan sumber penyebab kehilanngan panas
-          Evaporasi
Dalam kamar bersalin, keringkan dengan cepat bagian kulit dan rambut dengan handuk hangat dan tempatkan bayi pada lingkungan yang hangat.
Pada saat memandikan berikan lingkungan yang hangat, Mandikan dan keringkan bayi di dalam ruangan untuk mengurangi evaporasi
-          Konveksi
Kurangi aliran udara di dalam ruangan kamar bersalin.
Hindari aliran udara pada bayi (pendingin ruangan, kipas, jendela)
-          Konduksi
Hangatkan semua peralatan yang digunakan dalam perawatan ( stetoskop, alat timbangan, tangan perawat, pakaian, linen tempat tidur, tempat tidur bayi)
-          Radiasi
Tempatkan bayi disamping ibu di dalam ruang bersalin.
Kurangi benda di dalam ruangan yang dapat mengabsorbsi panas (logam).
Tempatkan tempat tidur bayi isollete sejauh mungkin dari dinding (luar) atau jendela jika memungkinkan.
Hangatkan incubator.
3)      Pantau suhu tubuh bayi baru lahir
Pengkajian suhu aksila
Lakukan pemeriksaan setiap 30 menit sampai kondisi bayi stabil, kemudian lakukan setiap 4-8 jam
Jika suhu kurang dari 36,3 C
1.      Bungkus bayi dengan menggunakan 2 selimut.
2.      Pasang topi rajutan.
3.      Kaji sumber lingkungan yang menyebabkan kehilangan panas.
4.      Jika keadaan hipotermia tetap berlangsung 1 jam laporkan pada dokter.
5.      Kaji adanya komplikasi stress dingin : hipoksia, asidosis respiratorik, hipoglikemi, ketidakseimbanga cairan dan elektrolit, penurunan berat badan.
 2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah sekunder akibat hipotermi
Intervensi:
1)      Anjurkan agar bayi diberi baju hangat
2)      Berikanterpi O2 sesuai kebutuhan
3)      Hindari factor pencetus hipotermi
1.    Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat cidera termal
Intervensi:
1)      Kaji tanda-tanda bayi kekurangan nutrisi
2)      Berikan terapi cairan IV D 1O%
3)      Kolaborasi dengan tim Gizi untuk pemberian diit
4)      Anjurkan agar ibu sering memberikan asi

2.              Resti kejang b.d kekurangan cadangan glikogen
Intervensi:
1)      Tempat tidur harus empuk
2)      Pantau selalu jika ada tanda-tanda kearah kejang
3.         Kurang pengetahuan (ibu) b.d kondisi bayi baru lahir dan cara mempertahankan suhu tubuh bayi
Intervensi :
1)      Berikan health-edukation pada keluarga tentang hal-hal yang mencetuskan hipotermi
2)      Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan yang di berikan

 
DAFTAR PUSTAKA

Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991

Melson, Kathryn A & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second Edition, Springhouse Corporation, Springhouse Pennsylvania, 1994

Wong, Donna L., Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby-Year Book Inc., St. Louis Missouri, 1990